01 January 2013

Semalam adalah "Habibie dan Ainun"

Sore hari itu aku hanya berharap, apa yang dilakukannya untuk menyenangkan aku di malam tahun baru ini. Apakah seperti tahun yang lalu, akhir tahun dimana aku hanya berdiam diri dirumah dan menghabiskan waktuku untuk menonton konser di layar kaca. Pantas aku berfikir demikian, karena latar belakangnya dia sama sekali tak suka aroma tahun baru. Aku mengerti, orang - orang bertumpah ruah di satu lokasi dan menimbulkan kemacetan sana - sini. Dia benci itu ... ! 

Bunyi sms pun berdering, ada seorang lelaki yang ingin mencoba menyenangkan aku hari itu. Pikirku, mungkin hanya sekedar jalan - jalan liat kembang api atau berkumpul bersama kawan - kawannya. Tapi tak apa, yang penting aku bisa merayakannya :)

Dia pun menjemputku satu jam lebih lambat dari waktu yang dijanjikan, hal ini lumrah karena malam tahun baru saat itu adalah malam yang terguyur hujan. Intinya HUJAN ... Dia menanyakan apa aku sudah makan atau belum, tanpa basa - basi dia mengajakku makan malam (18.30) . Tiba - tiba ia menyodorkan aku sebuah buku agenda kecilnya, dan aku disuruhnya membaca tulisan tangannya yang berceritakan tentang kebesaran cintanya padaku dan kebingungannya untuk mengajakku kemana tahun baru ini. Lembar pertama ... Lembar kedua ... Lembar ketiga ...

Ada tiket film "Habibie & Ainun"

Aku tersentak kaget antara tak percaya dan rasa kagum yang luar biasa pada pria ini. Tak biasa dia membuat kejutan seperti hari itu. Ketika aku bertanya, kenapa kau lakukan hal ini ? Dan kemana keromantisanmu dulu ? dengan tersenyum dia menjawab
Sebenarnya sisi romantis itu ada, namun sengaja aku sembunyikan. Karna aku menunggu seseorang yang layak menerima sisi ini dariku. Dan aku menemukannya, yaitu KAMU ...
Guratan senyum kecilku dan tetesan air mataku tak sanggup aku bendung. Bagi beberapa orang hal ini mungkin hal yang biasa dan memang menjadi kewajiban seorang laki - laki berkorban dan memberikan kejutan pada pasangannya. Tidak begitu dengan aku, dia bukan laki - laki yang biasa, sudah terlalu sering aku menyimpulkan sendiri bagaimana karakternya tapi memang beginilah. Ketika laki - laki mencintai wanita dengan jujur dan yakin, laki - laki akan melakukan apapun agar sekedar wanita itu tersenyum.

Tepat jam 20.00 sudah, kami telah menempati kursi yang kodenya tertulis di tiket. Film pun di putar. Sungguh indah film ini, sungguh mengagumkan sosok ainun itu. Dan tidak bermaksud menyamakan, sosok Habibie persis sekali dengan sosok priaku ini "Keras Kepala"  apalagi bila pandangannya tentang pendidikan atau tata cara hukum itu aku adu dengan opiniku (dia tak mau mengalah selagi menurutnya dia benar) namun tak sekeras kepala Habibie dan sosok Ainun persis sekali dengan aku "Lembut" , namun aku masih amat sangat jauh dari sosok "Ainun". 

Bagi yang belum nonton filmnya, berikut adalah trailernya :



Aku amat kagum dengan sosok mereka dan kisah cinta mereka, berikut adalah kisah unik dari mereka :

Dalam cara seminar atau ceramah yang Habibie menjadi penceramahnya, Ainun menjadi “tukang tekan bel,” memperingatkan Habibie mengenai waktu.
Pernah Habibie diberikan kesempatan untuk menjadi penceramah dalam bulan Ramadhan. Ceramah diberikan setelah shalat isya sebelum tarawih. Biasanya ceramah ini hanya berlangsung selama sepuluh atau lima belas menit. Namun Habibie melakukannya lebih lama, sehingga membuat para jamaah gelisah. Sebab ada agenda lain yang harus dilaksanakan yaitu shalat tarawih. Ainun tahu kondisi ini. Ia meminta seorang cucunya untuk memberikan isyarat pada Habibie karena  ia duduk agak jauh. Cucunya datang ke tempat yang terlihat oleh Habibie dan membuat sebuah gerakan layaknya orang Shalat. Habibie-pun paham. Sebelum mengakhiri ceramahnya, Habibie mengatakan:

“Ini pasti Ainun yang suruh.”

Ada pengalaman unik dari Ibu Linda, mantan wartawan Majalah Tempo saat bertugas di istana pada masa Soeharto. Ia sering menjumpai Habibie dengan pipi yang ada bekas lipstiknya sebelum masuk kantor. Saat ditegur, Habibie dengan santai mengatakan kalau istrinya sering mencium sebelum ia berangkat, bahkan ketika sudah di garasi mobil.
Dan itu terjadi berkali-kali. 
Saat diberitahu ia Habibie menjawab dengan bangga:

“Ya begini nih istri Oom….. seperti nggak mau pisah dan ditinggal ke kantor lama-lama. Senang ya punya pasangan seperti begini?”

Ibu Linda yang kebetulan berjumpa dengan Ibu Ainun, Istri Habibie “melaporkan” kejadian itu pada Ainun. Ainun menjawab:

“Aduuuh, bikin malu ya? Artinya suami saya nggak hapus lagi dong kalau memang masih ada bekas lipstik?, Awas saja nanti sampai di rumah mau  saya tanya ah …hahahaaa… !”

Dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di kantor BPPT Jakarta, Habibie menjadi keynote speaker. Saat datang Habibie ditemani oleh istrinya, Ainun. Setelah selesai memberikan kuliahnya, semua wartawan datang mengerubunginya untuk wawancara. Pada saat itu pula Habibie tidak peduli dan ia nampak mencari-cari di mana Ainun. Ketika seorang wartawan bertanya tentang pendapatnya atas situasi di Timor Leste, Habibie hanya menjawab singkat:

“Maafkan, saya sedang mencari di mana mantan pacar saya. Mana Ainun? Saya belum pernah pisah dengan Ainun. Mana Ainun?”

Wujud cinta ini juga terlihat saat Ainun sudah terbaring di rumah sakit. Selama hampir tiga bulan ini Habibie dikabarkan tidak beranjak dari sisi istrinya. Sejak masuk rumah sakit pada tanggal 24 Maret 2010 silam  Habibie memberikan perhatian dan menunjukkan cinta kepada ibu dari anak-anaknya itu. Tentu saja ini terjadi karena Habibie dan Ainun telah banyak melewati berbagai perjuangan dalam menempuh hidup ini. Perjuangan tersebut telah memupuk cinta mereka begitu kuat dan terasa takkan terpisahkan. Selama di rumah sakit juga Habibie menuntun istrinya untuk shalat. Dari sebuah sumber saya dapatkan, pada hari sebelum meninggal dunia, Habibie sempat membimbing istrinya shalat subuh, zuhur dan ashar di rumah sakit tersebut.

Dan berikut adalah puisi yang ditulis Habibie setahun yang lalu, tepat pada kematian sang istri tercinta 
PUISI HABIBIE (tanpa judul)
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.  Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada. selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku ….


Semenjak melihat film itu, hatiku bergejolak dan semakin membelalakan mata hatiku. Jika pria itu sangat mencintaiku dengan berbagai cara yang tak bisa aku jelaskan di sini. Sekarang giliranku untuk membuatnya bahagia dan menjadi calon istri yang terbaik untuknya. Terimakasih, kau telah membuatku bahagia dan memberikan warna - warni cinta yang begitu indah selama hampir 4 tahun ini. Semoga kita tetap bersama :)

2 comments:

  1. seandainya saya gak kerja besok, saya sudah berangkat ke Bali buat nonton pilm ini aja...!

    ReplyDelete

Selamat Datang . Selamat Membaca dan Selamat berkomentar :)