20 July 2013

Call Me "Menik" Again (Part I)

Di pertengahan masa studiku yang jauh dari rumah, aku merasa sangat kesepian dan "sendiri". Hal itu hanya aku rasakan ketika aku di rumah. Ingat aku, yang tidak membuatku kesepian adalah ketika aku bernyanyi sekencang kencangnya di atas genteng dengan menatap awan tanpa mempedulikan orang sekitar yang lalu lalang di "bawah"ku. Konyol ...

Selain itu, ada hal yang paling membuatku tidak merasa menyesal adalah merasakan jatuh cinta pertama kali di sana, di kota angin yang penuh kesejukan dan kenangan manis. Cinta yang terlalu dalam pada seorang anak laki-laki yang awalnya tak kukenal namanya. Mata ini tidak berhenti menatap ketika pertama kali menginjakkan kaki di kelas. Dan otakku ini terus bertanya. "Siapa Dia ... ?"

Waktu pun berlalu dengan cepat, orang sekitar keburu menyadari apa yang aku rasakan padanya bukan perasaan biasa rupanya. Padahal aku berusaha menjaga tatapan ini untuk tidak menatap berlebihan padanya. Dengan adanya dia tahu, dia yang awalnya bertingkah manis kepadaku semakin tidak bereaksi ketika bersamaku.

Kami sering dijadikan kelompok bersama ketika mata pelajaran seni, fisika dan lain-lain. Tapi yang membuatku berkesan adalah ketika kami harus menampilkan seni yang dimana aku mau tidak mau beradegan memegang tangannya dengan tujuan mencegah dia pergi. Di dalam pertunjukan, gerakan itu mengatakan bahwa "Janganlah kau pergi Nak, Bagaimana dengan Ibumu disini ?!" namun ketika aku menyentuh tangannya yang terucap dalam hatiku "Aku mohon !! Jangan menjauh dariku, aku tidak menuntutmu lebih. Kau pertegas perasaan ini sudah cukup bagiku"

Keesokan harinya, aku di rumah, kembali di dunia yang terkadang aku inginkan terkadang tidak. Hidup bersama nenek yang memberi kasih sayang namun kadang raga jiwa ini terkekang jauh dari orang tua. Aku berjalan menelusuri jalan dengan menggunakan celana tiga per empat serta menggunakan jaket kaos pink. Tibalah aku di Warung Pecel terenak ke dua (menurutku). Aku membeli pecel seperti biasa, bayar seperti biasa, dan menyabrang seperti biasa. Tiba-tiba suara motor yang ugal-ugalan itu hampir menabrakku sempat hati ini kesal, dan ketika aku menoleh ada suara kecil muncul "Hallo... Menik ! Ngapain kamu ? Ayo aku anter pulang" . Waaaaaaah !!! itu dia, dia yang selalu ku puja hatinya. Aku cuma terdiam terpaku dan ... "Ya Allah, ini kamu to ? A.. A.. Akuu ..." mendadak ada suara jauh disana "Oeee, ciee ngapain kalian disitu ?" suara salah satu teman yang tidak diharapkan kedatangannya muncul. Dan secara mendadak pula pujaan hatiku kabur, mungkin dia malu kepergok berduaan secara tidak sengaja denganku.

Sesampainya di rumah aku senangnya bukan kepalang, girang dan gak berhenti tersenyum. Setelah aku meletakkan pecel yang sudah aku beli aku naik ke atas menuju kamar dan membuka jendela dengan menghirup sekuat-kuatnya udara "Subhanallah... kenapa tiba-tiba dia ada ya Allah ? Tolong jangan berikan harapan lagi Tuhan" . Aku memberanikan SMS dia, berusaha dengan nada biasa "Ngapain kamu tadi disana ?" berharap dia membalas mengingat kalo dia di sms jarang sekali membalas. Harap-harap cemas, tiba-tiba HPku getar "Aku tadi abis isi bensin, trus liat studio musik. Gak ngira ada kamu menik" .

Dia memanggilku menik ? Astagaaaaa!!! Apalagi ini ? Apa dia cuma manggil panggilan itu ke aku ya ? Keadaan ini semakin gak aku mengerti. Aku harus senang atau enggak ? Ya Allah lindungi dia, jangan sakiti dia Ya Allah :')

This is My First Love Story yang berawal dari kota asing, budaya yang asing, dan lingkungan yang asing. Seperti ini rasanya cinta ? Terimakasih Tuhan, setidaknya aku tahu bagaimana sakit dan bahagianya cinta itu seperti apa. Sekali lagi terimakasih :')


*bersambung*

No comments:

Post a Comment

Selamat Datang . Selamat Membaca dan Selamat berkomentar :)